Tak pernah menyangka kan terjadi
Cita diraih meski kaki berlari
Asa bahagia yang sempat ragu dapat tercapai
Diakhiri hujan yang bertemankan lelah
Aku bahagia…
Membuatnya tersenyum…
Melihatnya tertawa…
Manemani hari nya…
Menjadi suatu dinamika dalam hidupnya,
Yang mungkin selalu dia rindukan…
pasti ada yang terulang, dan yang takkan terulang
menjadi sandaran dalam malam
menapaki batu Borobudur
menikmati malam malioboro
tersenyum terhibur musisi jalanan jogja
hingga terlelap di hotel kota
angin bertiup kecil bersama titik air
diatas kayuhan becak berkeliling kota
dan saat kulihat sebuah prosa
Benar…. “Sejuta Cinta Di Jogja”
Rabu, 10 Desember 2008
Akhir yang bahagia atau tidak???
Lelah yang akhirnya terasa
Dengan deru rekan hujan tanpa henti
Menemani perjalanan pulang
Menjadi akhir yang bahagia atau tidak???
Dengan deru rekan hujan tanpa henti
Menemani perjalanan pulang
Menjadi akhir yang bahagia atau tidak???
Cerita terakhir yang diawal…
Masih segar dalam ingatan masa bahagia yang kemarin kita lalui
Riang tawa kau lepaskan bersama ku
Meski diwarnai gemericik rintik diluar jendela
Terlelap dalam nuansa etnik nan jogja
Belum ku tuangkan rasa bahagia
Menggelegar petir menyambar
Di bawah jembatan layang itu kau terdiam
Tiba-tiba terdiam…
Sulit ku kembalikan riang tawa
Hingga hari berbalut senja
Kata ku kini berakhir amarah
Entah kapan kan dapat berubah
Sampai saat kumengakhirinya dengan titik ku harap amarahku berakhir pula…
Riang tawa kau lepaskan bersama ku
Meski diwarnai gemericik rintik diluar jendela
Terlelap dalam nuansa etnik nan jogja
Belum ku tuangkan rasa bahagia
Menggelegar petir menyambar
Di bawah jembatan layang itu kau terdiam
Tiba-tiba terdiam…
Sulit ku kembalikan riang tawa
Hingga hari berbalut senja
Kata ku kini berakhir amarah
Entah kapan kan dapat berubah
Sampai saat kumengakhirinya dengan titik ku harap amarahku berakhir pula…
Rabu, 12 November 2008
untuk hari esok...
mentari menyengat musim berganti
mengganti sinarny dimalam hari
Dengan curahny temani diri
Melindungi cinta tuk kembali pulang
Memulai cerita untuk esok hari
Dalam langkah yang tertatih
Erat menggenggam menjaga hati
Mengakhiri kisah asa tergapai
Meski sulit untuk mengerti
Bahkan terasa sakit untuk dimengerti
Dan dengan langkah tertatih
Merubah harap menjadi nyata
Untuk esok hari...
Asa tentang "sang esok"
Selasa 21_10_08
00.23
mengganti sinarny dimalam hari
Dengan curahny temani diri
Melindungi cinta tuk kembali pulang
Memulai cerita untuk esok hari
Dalam langkah yang tertatih
Erat menggenggam menjaga hati
Mengakhiri kisah asa tergapai
Meski sulit untuk mengerti
Bahkan terasa sakit untuk dimengerti
Dan dengan langkah tertatih
Merubah harap menjadi nyata
Untuk esok hari...
Asa tentang "sang esok"
Selasa 21_10_08
00.23
Kamis, 23 Oktober 2008
Penyesalan untuk Esok Hari...
aku menangis dalam keterpurukanku
kebencianku akan diriku sendiri
menegaskan sosok samar
yang tak pernah ingin ku menjadi
tak cukup tangis ini menebusnya
membayar lukanya yang kembali terkuak
air mata bercampur basahi tubuh ini
kuharap membawa pergi
membawa pergi kejahatanku membawa pergi sisik itu
sosok yang paling ku benci
kuharap...
batas tanah baru kini terlihat
entah ku mampu menghijaukannya
mewarnai dengan berbagai harum bunga
aku akan mengindahkannya
membuatnya kembali...
kembali menjadi bidadari kecil penghuni surga
meski entah surga yang mana
yang akan dihiasinya dengan laguya...
akulah penjaga taman bungan ini
tangan yang akan menghajar
kaki yang akan menginjak
sayap yang akan melindungi
setiap langkah yang dia buat
setiap senyum yang merekah
aku tak mau... aku tak mau...
melihat sayapnya patah kembali
meski dulu aku yang mematahkannya...
hingga sayapnya kan tetap terbang
lagunya kan tetap mengalun
menemani,
mewarnai,
menghiasi,
menjadi bidadari kecil dunia...
17-10-08
10.39
"setelah ku menyesali diriku dan berharap melindungi dirinya..."
kebencianku akan diriku sendiri
menegaskan sosok samar
yang tak pernah ingin ku menjadi
tak cukup tangis ini menebusnya
membayar lukanya yang kembali terkuak
air mata bercampur basahi tubuh ini
kuharap membawa pergi
membawa pergi kejahatanku membawa pergi sisik itu
sosok yang paling ku benci
kuharap...
batas tanah baru kini terlihat
entah ku mampu menghijaukannya
mewarnai dengan berbagai harum bunga
aku akan mengindahkannya
membuatnya kembali...
kembali menjadi bidadari kecil penghuni surga
meski entah surga yang mana
yang akan dihiasinya dengan laguya...
akulah penjaga taman bungan ini
tangan yang akan menghajar
kaki yang akan menginjak
sayap yang akan melindungi
setiap langkah yang dia buat
setiap senyum yang merekah
aku tak mau... aku tak mau...
melihat sayapnya patah kembali
meski dulu aku yang mematahkannya...
hingga sayapnya kan tetap terbang
lagunya kan tetap mengalun
menemani,
mewarnai,
menghiasi,
menjadi bidadari kecil dunia...
17-10-08
10.39
"setelah ku menyesali diriku dan berharap melindungi dirinya..."
Rabu, 08 Oktober 2008
Pembelaan Diri
meniti jejak yang serasa pernah dilalui
memperhatikan langkah akankah kembali
mematahkan sayap terkambang
menjadikan rasa sakit dasar berpijak
apa yang kulalui dalam jejakku?
apa yang kulepas dalam jejakku?
apa yang ketumukan dalam jejakku?
hingga aku berdiri di ujung pelangi...
saat tanya sentuh hati yang terbuang
mengganti sajak dalam genggam dan dilepas
menambah asa kan menjadi karya yang sejati
dalam langkah berpeluh diriku...
kuharap ini yang terbaik...
memperhatikan langkah akankah kembali
mematahkan sayap terkambang
menjadikan rasa sakit dasar berpijak
apa yang kulalui dalam jejakku?
apa yang kulepas dalam jejakku?
apa yang ketumukan dalam jejakku?
hingga aku berdiri di ujung pelangi...
saat tanya sentuh hati yang terbuang
mengganti sajak dalam genggam dan dilepas
menambah asa kan menjadi karya yang sejati
dalam langkah berpeluh diriku...
kuharap ini yang terbaik...
Kamis, 28 Agustus 2008
pelukan hangat kerinduan
harus merasakan lengan tak dapat menggapai
terhalang bentangan alam
mencari sosok temani langkah
meski tak kunjung temukan
hanya suara yang dapat terdengar
kadang hening sayap itu berlalu
asap hitam menerpa berlaku
tinggalkan tanda saat bertemu
mengulurkan tangan
menahan langkah kembali pergi
semua telah usai
saat kurasa pelukan hangat kerinduan
terhalang bentangan alam
mencari sosok temani langkah
meski tak kunjung temukan
hanya suara yang dapat terdengar
kadang hening sayap itu berlalu
asap hitam menerpa berlaku
tinggalkan tanda saat bertemu
mengulurkan tangan
menahan langkah kembali pergi
semua telah usai
saat kurasa pelukan hangat kerinduan
menghadapi masa lalu, kini, da esok lusa...
bulan ditemani satu bintang
ketika wanita mendobrak pintu istana
Menghunus pedang mengangkat menantang
Mengoyak kesempurnaan rajutan malaikat
gemuruh peperangan menyambar tubuh
berhembus kencang menggoyahkan
membangkitkan amarah
lelaki berbaju jirah
kembali menapaki kisah berlalu
diantara langit dan bumi berpegangan
terhentikan langkah wanita penghunus pedang
menawarkan langit berhias purnama
dan berjuta bintang nan semu
hening kini malam berlanjut
menanti pertarungan esok pagi
saat mentari datang mengganti
entah kan terjadi atau terhenti
tetaplah terjaga hati
menghadapi jejak yang telah kau lewati
Ketika jejak menyapa langkah...
ketika wanita mendobrak pintu istana
Menghunus pedang mengangkat menantang
Mengoyak kesempurnaan rajutan malaikat
gemuruh peperangan menyambar tubuh
berhembus kencang menggoyahkan
membangkitkan amarah
lelaki berbaju jirah
kembali menapaki kisah berlalu
diantara langit dan bumi berpegangan
terhentikan langkah wanita penghunus pedang
menawarkan langit berhias purnama
dan berjuta bintang nan semu
hening kini malam berlanjut
menanti pertarungan esok pagi
saat mentari datang mengganti
entah kan terjadi atau terhenti
tetaplah terjaga hati
menghadapi jejak yang telah kau lewati
Ketika jejak menyapa langkah...
Rabu, 20 Agustus 2008
satu !!!
satu lagi bunga yang mekar
dalam pelataran istana pujangga miskin
satu tetes air hujan yang menyegarkan
satu pelangi dilangit biru
satu berkas mentari yang menghangatkan
dan cukup satu bintang yang menemani
satu,
satu,
satu,
satu lagi yang luar biasa dari-Nya
dalam pelataran istana pujangga miskin
satu tetes air hujan yang menyegarkan
satu pelangi dilangit biru
satu berkas mentari yang menghangatkan
dan cukup satu bintang yang menemani
satu,
satu,
satu,
satu lagi yang luar biasa dari-Nya
diantara...
mengepal dan gemetar
menanti merpati putih pembawa kabar
galau ketika kau serasa mulai kehilangannya
kehilangannya...
kehilangannya...
semakin kehilangannya...
benarkah???
menanti merpati putih pembawa kabar
galau ketika kau serasa mulai kehilangannya
kehilangannya...
kehilangannya...
semakin kehilangannya...
benarkah???
Selasa, 12 Agustus 2008
apakah 'kan berakhir luka? Kembali...
Memberi dunia, langit dan surga
Menjadi pangeran berkuda
Yang membangunkan putri tidur
Menyadarkan 'tuk melihat
Berawal dari tulus hati
Menbawa persembahan terbaik
Sebagai pedoman bagi seseorang
Menanti pelangi terbentuk kembali
Namun tak pernah pergi galau
Ketika merajut sampai saat ini
Pedang bermata dua yang juga menikam
Melukai dalam menusuk sumsum
Juga meneteskan darah
Dari semua yang harum yang kubawa
Kukuh mengepal menggenggam
Apakah 'kan berakhir luka?
Kembali...
Menjadi pangeran berkuda
Yang membangunkan putri tidur
Menyadarkan 'tuk melihat
Berawal dari tulus hati
Menbawa persembahan terbaik
Sebagai pedoman bagi seseorang
Menanti pelangi terbentuk kembali
Namun tak pernah pergi galau
Ketika merajut sampai saat ini
Pedang bermata dua yang juga menikam
Melukai dalam menusuk sumsum
Juga meneteskan darah
Dari semua yang harum yang kubawa
Kukuh mengepal menggenggam
Apakah 'kan berakhir luka?
Kembali...
Minggu, 10 Agustus 2008
just another ordinary day...
Pertanyaan itu bagai serangan udara
Yang selalu menyerang
Melumpuhkan satu sisi dalam hati
Ketika lonceng gereja tua semakin mendorongku ke atas
Memecut tak peduli lelah dan dahaga
Bagaimana pun kaki harus tetap melangkah
Iya... Menjadi cemara yang menjulang
Tak peduli sekuat apa anginkan berhembus
Melalui detak waktu yang sesaat
Mengulang segala moment
Memberi sayap tak terbang
Menapaki cakrawala
Jejak kaki ini kan hilang
Dalam deru ombak
Semilir kan pudarkan bau tersisa
Tak ada yang istimewa...
Yang selalu menyerang
Melumpuhkan satu sisi dalam hati
Ketika lonceng gereja tua semakin mendorongku ke atas
Memecut tak peduli lelah dan dahaga
Bagaimana pun kaki harus tetap melangkah
Iya... Menjadi cemara yang menjulang
Tak peduli sekuat apa anginkan berhembus
Melalui detak waktu yang sesaat
Mengulang segala moment
Memberi sayap tak terbang
Menapaki cakrawala
Jejak kaki ini kan hilang
Dalam deru ombak
Semilir kan pudarkan bau tersisa
Tak ada yang istimewa...
Kamis, 07 Agustus 2008
meredakan hati
Hingar penyanyi jalanan
Lengkapi tawa renyah menenangkan hati
Lengkung senyum bulan saat itu
Redakan hasrat pamrih segala rsa
Menelusuri aroma tubuh
Dalam dekapan erat sang angin malam
Semakin erat hingga tak kuasa bernapas
Menyambung hidup dalam cerita
Menempa tuk tetap lurus
Dengan liku-liku senandung
Terteguhkan denting dawai jiwa
Melepaskan tangan untuk menggapai
Lengkapi tawa renyah menenangkan hati
Lengkung senyum bulan saat itu
Redakan hasrat pamrih segala rsa
Menelusuri aroma tubuh
Dalam dekapan erat sang angin malam
Semakin erat hingga tak kuasa bernapas
Menyambung hidup dalam cerita
Menempa tuk tetap lurus
Dengan liku-liku senandung
Terteguhkan denting dawai jiwa
Melepaskan tangan untuk menggapai
Sabtu, 02 Agustus 2008
Bidadari di atas pelangi
jejak kaki mulai menapak
saat berjalan meski menanjak
melalui 7 warna kehidupan
menuju langit tak berawan
senandung kecil ketika melangkah
iringi embun beranjak sirna
memperpanjang kisah terpijak
menamabah indah bias pelangi
saat berjalan meski menanjak
melalui 7 warna kehidupan
menuju langit tak berawan
senandung kecil ketika melangkah
iringi embun beranjak sirna
memperpanjang kisah terpijak
menamabah indah bias pelangi
Jumat, 25 Juli 2008
menjadi nyata
terpancar cahaya dalam gelap
memberi asa pada manusia
yang termangu melihat lambaian tangan kesakitan
bersama hati berbalut perban dalam bingkai jati nan indah
langkah kecil mengawali titik balik
teriakan asa hancurkan galau
menghitamkan hati
memadamkan api
merengkuh dalam kegelapan
terima kasih tangan tetap menggapai
batu tempat ku berpijak hingga saat ku berjalan
berlari,
melompat,
dan terbang dengan sayap bercahaya asa
ajarku tetap terjaga
menatap sinar mentari senja
agar dapat kuberpijak
saat lelah mulai menyapa
sampai ku dapat melihat bidadari kecil membalut luka
kebahagiaan ketika asa menjadi nyata
memberi asa pada manusia
yang termangu melihat lambaian tangan kesakitan
bersama hati berbalut perban dalam bingkai jati nan indah
langkah kecil mengawali titik balik
teriakan asa hancurkan galau
menghitamkan hati
memadamkan api
merengkuh dalam kegelapan
terima kasih tangan tetap menggapai
batu tempat ku berpijak hingga saat ku berjalan
berlari,
melompat,
dan terbang dengan sayap bercahaya asa
ajarku tetap terjaga
menatap sinar mentari senja
agar dapat kuberpijak
saat lelah mulai menyapa
sampai ku dapat melihat bidadari kecil membalut luka
kebahagiaan ketika asa menjadi nyata
AKU TIDAK AKAN PERNAH SETUJU...
aku tak setuju ketika mereka berkata aku tak boleh menangis
aku tak setuju ketika mereka berkata "kau harus di atas!!!"
aku tak setuju ketika mereka berkata "kau tak boleh tertindas..."
aku tak setuju ketika mereka berkata "kau harus lupakan..."
aku tudak setuju...
ini bukanlah tentang aku yang terlihat cengeng ketika menangis
aku takkan menangis untuk sesuatu yang tak harus ku tangisi
aku menangis untuk seorang yang kusayangi
seorang yang ku tahu dia berharga dalam hidupku
ini bukan hal engkau menjadi pemimpin
mengendalikan jalan kehidupannya
bagaimana engkau bisa berjalan bersama
menuntunnya hingga akhir perjalanan kalian berdua
bukan ketika kau berletih menuruti kehendaknya kau tertindas
ketika semua berkata " kau terlalu berlebihan kawan..."
adalah sebuah ungkapan rasa sayang dan membahagiakannya
menikmati waktu bersama yang tak akan kalian tahu kapan akan berakhir...
bukan juga kau menghilangkan sesuatu yang menyakitkan dalam hidupmu
tak mau lagi ada dirinya,,, merobek sepenggal cerita dalam buku sejarah hidupmu
ini bukanlah mengenai mengenang segala yang indah yang pernah terjadi
tapi juga memahami hal yang menyakitkan dalam hidup
adalah suatu recana-Nya yang mendewasakan
aku akan tetap mendengar mereka berkata...
namun aku tidak akan setuju
AKU TIDAK AKAN PERNAH SETUJU...
aku tak setuju ketika mereka berkata "kau harus di atas!!!"
aku tak setuju ketika mereka berkata "kau tak boleh tertindas..."
aku tak setuju ketika mereka berkata "kau harus lupakan..."
aku tudak setuju...
ini bukanlah tentang aku yang terlihat cengeng ketika menangis
aku takkan menangis untuk sesuatu yang tak harus ku tangisi
aku menangis untuk seorang yang kusayangi
seorang yang ku tahu dia berharga dalam hidupku
ini bukan hal engkau menjadi pemimpin
mengendalikan jalan kehidupannya
bagaimana engkau bisa berjalan bersama
menuntunnya hingga akhir perjalanan kalian berdua
bukan ketika kau berletih menuruti kehendaknya kau tertindas
ketika semua berkata " kau terlalu berlebihan kawan..."
adalah sebuah ungkapan rasa sayang dan membahagiakannya
menikmati waktu bersama yang tak akan kalian tahu kapan akan berakhir...
bukan juga kau menghilangkan sesuatu yang menyakitkan dalam hidupmu
tak mau lagi ada dirinya,,, merobek sepenggal cerita dalam buku sejarah hidupmu
ini bukanlah mengenai mengenang segala yang indah yang pernah terjadi
tapi juga memahami hal yang menyakitkan dalam hidup
adalah suatu recana-Nya yang mendewasakan
aku akan tetap mendengar mereka berkata...
namun aku tidak akan setuju
AKU TIDAK AKAN PERNAH SETUJU...
mentari mengecup awan sangat hangat
tapi bumi lelah dalam gelap, tanpa kehangatan
langit redup dalam kekosongan asa
untuk melihat bumi dan merasa hangatnya kecupan mentari
kini awan jauh menanti
memilih mengecup langit agar bumi tak lagi dalam gelap
tapi langit tahu
ia tak pernah bisa memberi arti pada mentari seistimewa yang awan beri
putaran waktu menjadi alas pijakan
menjalani garis kehidupan
bukan memberi atau menerima
yang menjadi kesan dihati
langit adalah langit
awan adalah awan
segalanya telah ditetapkan
dalam lingkar gerak mentari
biar mentari bersinar kembali
menerangi langit
membirukan...
tanpa harus khawatir awan kan kelabu
hhmm...
perpaduan dari 2 yang berbeda...
dapatkah kau melihatnya???
11/07/08
tapi bumi lelah dalam gelap, tanpa kehangatan
langit redup dalam kekosongan asa
untuk melihat bumi dan merasa hangatnya kecupan mentari
kini awan jauh menanti
memilih mengecup langit agar bumi tak lagi dalam gelap
tapi langit tahu
ia tak pernah bisa memberi arti pada mentari seistimewa yang awan beri
putaran waktu menjadi alas pijakan
menjalani garis kehidupan
bukan memberi atau menerima
yang menjadi kesan dihati
langit adalah langit
awan adalah awan
segalanya telah ditetapkan
dalam lingkar gerak mentari
biar mentari bersinar kembali
menerangi langit
membirukan...
tanpa harus khawatir awan kan kelabu
hhmm...
perpaduan dari 2 yang berbeda...
dapatkah kau melihatnya???
11/07/08
akhirnya...
akhirnya kudapati cinta melukai
menabur garam di atas luka hati
Tuhan telah mengizinkan ku menikmati indah cinta
menganugrahkan dirimu dalam hidupku
hingga ku berani membantah seluruh telunjuk cermin dunia
lelah ku berlari tak terasa lagi
dalam senyum hangat pelepas dahaga
harga tak kurasa berharga
saat kau datang bukakan mata
kini langkah harus terhenti
melihat dirimu menjauh pergi
jejak kaki yang masih terlihat
kan tetap menjadi cerita hangat dalam badai kehidupanku
pelataranku tak lagi terawat
sudah tak berpenghuni
sepi datang menyapa lagi
lengkapi hidupku lalui hari
sayatan ini terasa perih
kemudian kau basuh cuka membasahi
menggigil menahan pedih
gertakan gigi yang tetap harus kunikmati
tawanya, tangisnya, pujinya, hinanya tak akan ada lagi
akhirnya kudapati cinta menyakiti
untuk teman yang katanya merasa tersakiti...
entah dia sadar atau tidak bahwa dia juga pernah menyakiti...
menabur garam di atas luka hati
Tuhan telah mengizinkan ku menikmati indah cinta
menganugrahkan dirimu dalam hidupku
hingga ku berani membantah seluruh telunjuk cermin dunia
lelah ku berlari tak terasa lagi
dalam senyum hangat pelepas dahaga
harga tak kurasa berharga
saat kau datang bukakan mata
kini langkah harus terhenti
melihat dirimu menjauh pergi
jejak kaki yang masih terlihat
kan tetap menjadi cerita hangat dalam badai kehidupanku
pelataranku tak lagi terawat
sudah tak berpenghuni
sepi datang menyapa lagi
lengkapi hidupku lalui hari
sayatan ini terasa perih
kemudian kau basuh cuka membasahi
menggigil menahan pedih
gertakan gigi yang tetap harus kunikmati
tawanya, tangisnya, pujinya, hinanya tak akan ada lagi
akhirnya kudapati cinta menyakiti
untuk teman yang katanya merasa tersakiti...
entah dia sadar atau tidak bahwa dia juga pernah menyakiti...
mengalahkan badai...
mendapatkanmu berdiri ditengah badai
melangkahkan kaki menjalani hidup
mengecup manis madu terbaik
terperosok dalam lumpur kehidupan
haruskah kulihat kau kibarkan bendera putih
lelah menanti uluran tangan
tak adakah yang dapat mengerti
ketika dri penuh harap dan ingin
akulah yang ada disini
mengulurkan tangan dan mengerti
mencerahkan harap yang mulai meredup
menghidupkan ingin yang sekarat
biarlah diri ini mendapatkanmu berdiri
menamparmu tuk tegak kembali
menyembuhkan hati yang remuk redam
mengisi sejarah berbagai cerita
ku telah merasakan balutan kasih bidadari kecil
dan biarlah ku obati ketika sayapnya patah...
untuk dirinya yang merapuh...
melangkahkan kaki menjalani hidup
mengecup manis madu terbaik
terperosok dalam lumpur kehidupan
haruskah kulihat kau kibarkan bendera putih
lelah menanti uluran tangan
tak adakah yang dapat mengerti
ketika dri penuh harap dan ingin
akulah yang ada disini
mengulurkan tangan dan mengerti
mencerahkan harap yang mulai meredup
menghidupkan ingin yang sekarat
biarlah diri ini mendapatkanmu berdiri
menamparmu tuk tegak kembali
menyembuhkan hati yang remuk redam
mengisi sejarah berbagai cerita
ku telah merasakan balutan kasih bidadari kecil
dan biarlah ku obati ketika sayapnya patah...
untuk dirinya yang merapuh...
Selasa, 22 Juli 2008
Pasrah
Menanti mentari bersinar lagi
Entah kan benderang atau terselimuti awan kelabu
Tetap berjalan hadapi
Menuju lambaian menyakitkan
meski harus kurasakan kembali
Langit tanpa mentari
Dan bintang tak terlihat
Akankah angin yang selalu berubah kan dapat ku pegang
Menjadi layar perahu dijadikan
Dalam kendali sang nahkoda
Mulia yang diharapkan
Teraihkah dalam nyata
Memberikan hati yang terbalut perban
Dikemas dengan pita nan indah
Dan secarik kertas bertuliskan
"ku turut bahagia..."
Entah kan benderang atau terselimuti awan kelabu
Tetap berjalan hadapi
Menuju lambaian menyakitkan
meski harus kurasakan kembali
Langit tanpa mentari
Dan bintang tak terlihat
Akankah angin yang selalu berubah kan dapat ku pegang
Menjadi layar perahu dijadikan
Dalam kendali sang nahkoda
Mulia yang diharapkan
Teraihkah dalam nyata
Memberikan hati yang terbalut perban
Dikemas dengan pita nan indah
Dan secarik kertas bertuliskan
"ku turut bahagia..."
Langganan:
Postingan (Atom)